“Berkenalan Dengan Tomok & Danau Toba”
“Berkenalan Dengan Tomok & Danau Toba”-alhafizyunas.blogspot.com September,2012.Tuuuuttt……..suara sirine kapal berbunyi. Tan...
“Berkenalan Dengan Tomok & Danau Toba”-alhafizyunas.blogspot.com
September,2012.Tuuuuttt……..suara sirine kapal berbunyi.
Tanda kapal yang akan membawa rombongan salam ulos ke kawasan Tomok akan
berangkat.Rombongan yang terdiri dari jurnalis mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi se-Indonesia ini akan berwisata dan meliput keunikan di
kawasan Tomok, pulau Samosir.Sebuah desa kecil disudut Samosir yang terkenal
menyimpan banyak keunikan masayarakat batak di dalamnya.
Kami
berangkat dengan sebuah kapal penumpang yang biasa terlihat hilir mudik di
perairan Danau Toba.Kapal bertingkat dua ini, tidak seluruhnya diisi oleh
rombongan Salam Ulos.Beberapa adalah rombongan turis lokal dari Bandung dan
Jakarta, ada pula beberapa warga lokal yang ingin menyebrang. Masih banyak
anggota rombongan Salam Ulos yang masih ditunggu. Mungkin terlalu lama
menunggu, penumpang yang tidak masuk kedalam rombongan Salam Ulos menggerutu,
Sedangkan beberapa rombongan lainya tampak sibuk berfoto dan mengobrol.Terlihat
di kejauhan beberapa rombongan jurnalis mahasiswa yang terlambat berlarian
menuju kapal.
Perjalananpun
dimulai, bergerak meninggalkan dermaga.Semakin lama, dermaga kecil
pemberangkatan tadi terlihat semakin jauh.Berganti dengan pemandangan air dan
deretan gunung-gunung yang membatasinya.Perjalanan cukup menantang keberanian
kami.Ombak-ombak besar seakan tidak mau ramah dengan kapal. Untuk sekedar
berdiri tegak saja, sudah susah di kapal ini. Kursi-kursi panjang yang awalnya
tersusun rapi kini turut dipermainkan oleh ombak yang mengoyang kapal. Rona
wajah penumpang beragam, ada yang berubah diam dan ada pula yang cuek dan masih
dengan kesibukan berfotonya, Bahkan ada pula yang menantang, berdiri di pinggir
dan berteriak riuh tanda kesenangan.
Begitu
indahnya disini, Danau toba namanya.Danau ini merupakan sebuah danau vulkanik
Dengan luas 1.145 kilometer persegi, Danau Toba sebenarnya lebih menyerupai
lautan daripada danau dan Danau Toba adalah danau terluas di Asia Tenggara dan salah
satu terdalam di dunia dengan kedalaman sekitar 450 meter. Di tengah Danau Toba
ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir yang berada pada
ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut.
Diperkirakan
Danau Toba terjadi saat letusan gunung berapi super (Gunung Toba) sekitar
73.000-75.000 yang lalu. Kira-kira 2.800 km kubik bahan-bahan vulkanik
dimuntahkan gunung tersebut saat meletus, Setelah ledakan tersebut, terciptalah
kaledra (cekungan pada tanah sesudah letusan vulkanik) yang kemudian terisi
oleh air dan kita ketahui sebagai danau toba sekarang.
Ditengah
perjalanan kepanikan terjadi. Kapal berat sebelah, penumpang diminta untuk
duduk disisi sebelah kanan untuk menyeimbangkan sebelah kiri kapal.Tampak
seorang awak kapal, mondar mandir di kapal. Namun ketegangan belum
berakhir.Kapal masih berusaha melawan ombak yang tidak bersahabat.
Pemberhentian
pertama, ini bukanlah pemberhentian rombongan Salam Ulos. Beberapa penumpang
turun, dan perjalanan kembali dimulai. Tidak terlalu jauh antara pemberhentian
tadi dengan tempat pemberhentian kami. Kapal merapat, berlabuh di sebuah jalan
kecil, disebelah kedai yang berukuran cukup besar.Sebenarnya kedai ini adalah
dermaga kami, namun kami memilih jalan kecil disebelahnya.
Tidak ada yang berbeda, suasana
parapat dan tomok tidak terlalu jauh berbeda.Deretan toko di pinggiran jalan
masih memakai arsitektur Batak, terlihat dari atapnya. Beberapa toko terlihat
buka, dan beberapa ada yang masih tutup.Dan perjalan liputan kami
dimulai.Meliput sejarah dan keunikan batak di kawasan ini
Siang
hari yang sejuk di kawasan Tomok.Salah satu tempat di Tomok bersiap menyambut
para tetamunya. Deretan kursi biru muda bersusun setengah melingkar, rapi menghadap
sebuah titik di depan sebuah rumah batak yang lebih besar dari lainnya.Ada
sebuah tenda di belakang, menyambut sebuah rombongan mahasiswa berkaos merah.
Ada
tiga rumah adat batak disitu,tersusun rapi dan ada sebuah kedai jajanan kecil
di samping deretan rumah.Ketiga rumah tersebut mempunyai arsitektur yang sama,
dari atap rumah sampai bawah rumah yang di buat berkolong. Leluhur orang batak menamainya Rumah
Bolon.Dibangun bagi para Raja dan bangsawan dahulu di tano batak.
Hanya
sebuah rumah bolon yang dijadikan pusat perhatian, didepannya terdapat sebuah
patung kayu berbentuk manusia.Diletakkan diatas sebuah ukiran berbentuk sampan
di bawahnya.Di ujungnya terdapat ukiran kepala mirip kepala orang.Dan
dibelakangnya ada sebuah papan bertuliskan Sigale-gale.Patung
yang diukir semirip mungkin dengan seorang anak semata wayang raja yang
meninggal, membuat sedih raja dan mengabadikannya ke sebuah patung.
Para
Rombongan salam ulos duduk di kursi yang tersusun melingkar tadi.Mengelurakan
catatan dan penanya untuk meliput pertunjukan ini.Seorang pria berkepala botak
menyambut kami, sedikit rambut putih yang tumbuh dikepalanya.Memakai kaos berkerah,dan
celana jeans. Dialah yang akan menjadi guide
kami, Ramah dan bersahabat.Panggil saja Bapak Situmorang
Pertunjukan
dimulai dengan penjelasan sedikit darinya.
Setelah penjelasan selesai, beliau meminta kami untuk mngucapkan salam batak
bersama,”Horas….Horas…Horas”. Suasana keakraban secera cepat terjalin.
Pertunjukan
Sigale-gale dimulai, Acara sempat ditunda karena padamnya listrik.Namun
masalahnya dapat diatasi dengan menghidupkan genset. Sigale-gale sangat
membutuhkan bantuan listrik dalam pertunjukannya, karena musik pengiringnya
tidak akan berbunyi tanpa bantuan listrik.Tradisional dengan sedikit sentuhan
modern
Sigale-gale adalah patung yang diukir
untuk mengenang anak semata wayang raja Rahat yang sedih kehilangan anaknya
yang wafat di usia muda. Konon katanya, Sigale-gale dapat bergerak sendiri
dengan kekuatan mistis. Sigale-Gale sendiri diartikan gemah gemulai dalam
bahasa batak, Raja Rahat sendiri terkenal sebagai raja yang bijaksana, dan arif
di mata rakyatnya. Banyak rakyat yang memuji dan patuh kepadanya. Hanya saja
dia sangat susah untuk berketurunan, hingga mendapatkan anak semata wayang
tetapi wafat di usia muda.
Sigale-gale
sekarang tidak lagi bergerak sendiri. Sigale-gale digerakkan oleh seseorang di
belakang panggungnya sebagai dalang. Sigale-gale tampak bergoyang,tanganya naik
terbuka dan naik turun seperti penari tor-tor.Penonton ikut bergoyang,
berkeliling sambil menortor bersama.Suasana keakraban, dan hangat bercampur
aduk dalam riuhnya tarian.Sambil menari, beberapa orang “menyawer” memberi uang kepada Sigale-Gale.Riuh dalam suasana
keakraban.
Tampak
gerbang pemakaman menyambut kami, terukir dengan ukiran khas Batak. Tampak
papan peraturan masuk ke pemakaman.”Pengunjung wajib menjaga sopan santun dan
memakai ulos”.tertulis seperti itu. Ulos disediakan di pintu masuk gerbang,
beberapa anak tangga menyambut peserta untuk masuk ke dalam sebuah makam
keramat.Pemakaman Raja Sidabutar namanya.Terletak di sebuah dataran yang lebih
tinggi dari deretan toko souvenir yang dilewati rombongan salam ulos setelah melihat pertunjukan sigale-gale.
Ada
sepuluh makam di pemakaman ini, pemakaman dipagari tembok dan lampu hias
berukir ukiran batak, dan terdapat bangunan tempat wisatawan duduk dan
mendengarkan penjelasan dari guidenya.Makam-makam
yang dibangun disini adalah makam raja-raja dan leluhur masyarakat Batak yang
bermarga sidabutar. Salah satu makam, adalah makam Op. Sorybuntu sidabutar raja
pertama marga Sidabutar .
Ada
yang menarik dari pemakaman ini, beberapa makam dibuat berbentuk sarkofagus, namun sebagian lagi
tampak dibangun dengan artsitektur modern dengan tambahan salib seperti makam
umat kristiani.Bapak Situmorang, yang dari tadi menjadi guide kami menceritakan, Makam-makam kristen disini adalah
pemakaman keturunan-keturunan raja yang sudah memeluk agama kristen.
Awalnya
raja-raja batak dahulunya beragama atau memiliki kepercayaan parmalin atau
palbegu.Raja-raja dan masyarakat batak mempercayai adanya roh-roh halus di
batu-batu dan pohon kayu di sekitar mereka.Mereka juga mempercayai bahwa roh-roh halus tersebut mempunyai sebuah
roh agung di langit yang memberikan kemakmuran dan kesejahteraan.Keunikannya
lagi, mereka mengharamkan babi, sama halnya dengan umat muslim. Bagi mereka darah
babi akan membuat mereka lemah dan kekuatan mereka hilang.Kepercayaan ini juga
dianut oleh pahlawan Nasional Sisingamaharaja.
Ditengah-tengah
penjelasan panjang lebar tentang makam dari Bapak Situmorang, sedikit hal yang
unik dan berbau porno diukiran gerbang keluar yang akan dijelaskannya kepada
rombongan.
Gerbang
itu terletak di sudut areal pemakaman, tidak terlalu jauh dari tempat duduk
rombongan salam ulos yang dari tadi mendengar penjelasan dari Bapak Situmorang.
Gerbang tersebut berasitektur batak beratap limas dan dipenuhi ukiran dan
lambang-lambang masyarakat batak
“Di
Gerbang itu ada simbol payudara perempuan”,kata Bapak Situmorang tiba-tiba
Simbol payudara perempuan
melambangkan tentang ketertarikan pria-pria batak terhadap wanita yang
berpayudara besar. Pria-pria batak juga mempercayai, bahwa banyak anak, akan
menambah kemakmuran bagi mereka. Kepercayaan ini masih dipercayai masyarakat batak hingga
sekarang. Orang batak juga sangat
membanggakan anak laki-laki mereka. Menurut mereka anak laki-laki akan
meneruskan keturunan mereka dengan membawa nama marga mereka yang sejak dahulu sangat dibangga-banggakan
masyarakat batak .
Rombongan
salam ulos memulai perjalanan “jalan kaki” mereka.Melewati toko-toko souvenir
dengan penjaga toko yang sedari tadi memanggil kami untuk membeli dagangannya.Masyarakat
disini menamakan area ini dengan sebutan “Lumban julu” diartikan sebagai jalan
menuju perbukitan tempat warga sekitar berladang dan berkebun.
Beberapa
rombongan, terlihat tertarik dan belanja souvenir disini. Sebagian lagi
mengikuti guide, Bapak Situmorang
menuju museum batak.Deretan toko di lumban julu ini juga menyimpan keunikan
tersendir. Tidak seperti, rombongan lainnya yang meliput museum batak. Penulis
lebih tertarik untuk lebih mengetahui sosial-ekonomi masyarakat disini.
Lumban
julu, sebuah jalanan setapak yang dipenuhi deretan toko souvenir di sisi kiri
dan kanannya. Terlihat banyak turis bule’
hilir mudik di jalanan ini. Sekali-sekali bule-bule tersebut
mengucapkan “horas” kepadaorang yang berpapasan dengannya.
Jalanan
ini memang dipenuhi para wisatawan. Karena jalanan ini menghubungkan pemakaman
raja sidabutar ke museum batak.Dari turis lokal hingga turis mancanegara dapat
kita temui di daerah ini.
Pedagang
disini sangat ramah terhadap siapa saja yang lewat di depan tokonya. Mungkin
ini adalah strategi dagang. Mereka tetap terus tersenyum kepada turis yang
lewat, walaupun tidak banyak yang membeli dagangan mereka.Dari kaos khas tomok
dan danau toba, ulos, hingga mainan kunci terlihat menghiasi dagangan mereka.
Tidak
seluruhnya pedagang disini adalah orang batak.Salah satu pedagang yang kami
jumpai,mengungkapkan dirinya berasal dari jawa barat tetapi menikah dengan
seorang laki-laki bermarga Sidabutar yang membawanya ke Tomok.Bahkan beliau
sangat mahir berbahasa minang.
“Kayak
belanja di bukit tinggi rasanya.”ujar Robi, peserta salam ulos dari Lpm Arena
Uin Sunan Kalijaga Jogjakarta.
Bahan dagangan para pedagang
disini sebagian besar asli produk kerajinan masyarakat tomok. Beberapa dagangan
mereka juga adalah titipan orang untuk dijual ke pembeli. Tidak terlalu banyak
pembeli hari ini. Senyum dan ramah tamah mereka tidak menggambarkan
kesejahteraan kehidupannya.Pemerintah juga seakan tutup mata, sangat jarang ada
bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah.Baru saja mereka melakukan rapat
besar-besaran di daerah Tuk-tuk kabupaten Tobasa untuk bertemu perwakilan
pemerintah pusat membahas peningkatan pariwisata tomok dan kelanjutan usaha
mereka.
Sore
hari disebuah dermaga kecil kapal tanpa nama di Tomok. Tidak jauh dari dermaga
besar Ajibata, tempat feri-feri besar berlabuh. Rombongan salam ulos,
satu-persatu naik ke kapal penumpang yang akan membawa mereka ke mess marihat
pemprovsu dan bungalow PTPN III tempat mereka beristirahat di kota
parapat.Anak-anak kecil terlihat berenang dan melakukan atraksi akrobatik
disekitar kapal. Anak-anak Tomok,anak-anak yang mengharapkan uang receh dari
rombongan yang menonton atraksi akrobatik mereka. Sebuah keunikan tersendiri
disini. Ibarat, atlet lompat indah PON Riau
Anak-anak tersebut meloncat dengan semangat untuk mendapatkan uang
kertas atau koin yang dilempar beberapa rombongan salam ulos ke perairan danau
toba.
Terdengar
suara mesin kapal berbunyi, pelan-pelan meninggalkan dermaga kecil tanpa nama.
Anak-anak kecil tadi melambaikan tangan sebagai ucapan terima kasih dan
perpisahan. Wisata dan liputan kami telah selesai. Semakin lama dermaga semakin kecil, berganti pemandangan
deretan bukit dan pemukiman warga di tepi Danau Toba. Tomok Di Samosir, Semakin
lama semakin jauh tapi semakin indah dilihat dari kejauhan.
Post a Comment: